Bagi umat Islam seluruh dunia dunia, bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat ditunggu-tunggu. Bagaimana tidak, di dalam bulan ini Allah menjanjikan begitu banyak pahala, dan ampunan bagi umatnya. Banyak hal dipersiapkan oleh umat Islam menyambut datangnya bulan ramadhan. Kebanyakan adalah menyiapkan fisik dan mental mereka dalam menjalankan ibadah puasa dan tarwih yang akan dilaksanakan sebulan penuh. Kemarin, ketika saya melihat berita disalah satu televisi, saya melihat tradisi "Apeman", salah satu tradisi juga untuk menyambut Ramadhan.
Tahukah anda bahwa ada banyak kebiasan unik masyarakat dalam menyambut ramadhan, dimana setiap daerah punya tradisi unik tersendiri, nah di bawah ini adalah empat tradisi unik menyambut ramadhan.
1. Dugderan
Tradisi "Dugderan" ini berasal dari kota Semarang, Jawa Tengah. Nama "Dugderan" sendiri berasal dari kata "Dug" dan "Der". Kata Dug diambil dari suara dari bedug masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya awal bulan Ramadhan. Sedangkan kata "Der" sendiri berasal dari suara dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan bedug.
2. Padusa
Lain daerah pasti lain pula tradisinya, masyarakat di Klaten, Boyolali, Salatiga dan Yogyakarta biasa melakukan upacara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air ditempat-tempat kramat. Tradisi ini disebut "Padusa" yang bermakna agar jiwa dan raga seseorang yang akan melakukan ibadah puasa bersih secara lahir dan batin.
3. Meugang
Berbeda dengan lainnya, di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) atau yang akrab disebut dengan kota "Serambi Mekah", warganya menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan menyembelih kambing atau kerbau. Tradisi ini disebut "Meugang", konon kabarnya tradisi "Meugang" sudah ada sejak tahun 1400 Masehi, atau sejak jaman raja-raja Aceh.
Tradisi "meugang" merupakan kegiatan kekeluargaan. Pada hari itu, semua keluarga dekat berkumpul di rumah orangtua sambil menikmati masakan daging yang disediakan. Anak cucu menyisihkan waktu untuk pulang ke rumah orangtua atau mertua di hari 'meugang' seperti ini
4. Balimau
Sebagian besar masyarakat padang menyambut datangnya ramadhan dengan melakukan acara "BALIMAU". Balimau yang dalam bahasa Minang berarti mandi dengan disertai keramas merupakan salah satu tradisi yang selalu hadir mewarnai datangnya bulan puasa.
Sebagian besar masyarakat terutama kaum muda-mudi melakukan tradisi ini dengan mandi di pemandian umum, sungai dan danau. Semua berbaur, baik muda maupun mudi, dewasa maupun anak-anak. Salah satu tempat BALIMAU yang paling ramai dikunjungi masyarakat di kota Padang adalah kawasan pemandian Lubuk Minturun
5. Jalur Pacu
Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, masyarakatnya memiliki tradisi yang mirip dengan lomba dayung. Tradisi "Jalur Pacu" ini digelar di sungai-sungai di Riau dengan menggunakan perahu tradisional, seluruh masyarakat akan tumpah ruah jadi satu menyambut acara tersebut.
6. Nyorog
Di Betawi, tradisi "Nyorog" atau membagi-bagikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti Bapak/Ibu, Mertua, Paman, Kakek/Nenek, menjadi sebuah kebiasan yang sejak lama dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadhan. Meski istilah Nyorognya sudah mulai menghilang, namun kebiasan mengirim bingkisan sampai sekarang masih ada di dalam masyarakat Betawi. Bingkisan tersebut biasanya berisi bahan makanan mentah, ada juga yang berisi daging kerbau, ikan bandeng, kopi, susu, gula, sirup, dan lainnya.
7. Apeman
Tradisi ini sering dilaksanakan di Klaten, sebelum menjelang bulan Ramadhan. Di kecamatan Jatinom tepatnya setiap bulan Sapar dalam penanggalan Jawa atau Islam diadakan "SEBARAN APEM" atau Yaqowiyyu. Tradisi ini dilaksanakan pada hari Jumat di bulan Sapar yang berada di dekat masjid besar Jatinom. Orang Jatinom biasa menjadikan momen ini sebagai ajang bersilahturahmi ke sanak saudara, sehingga dapat dikatakan sebagai Lebarannya orang Jatinom. Pada saat itu, setiap rumah membuat kue apem, yang nantinya disajikan kepada tamu yang datang. Tradisi ini konon bermula dari cerita tentang Ki Ageng Gribig yang ingin memberikan kue apem kepada muridnya, tetapi jumlahnya hanya sedikit sehingga agar adil maka kue apem tersebut dilemparkan ke muridnya untuk dibagi.
Advertisement